Menerima Perbedaan Membangun Kekuatan

MBB
Deklarasi Aliansi Kebhinnekaan oleh 23 LSM dan forum pemuda di Indonesia

Jadilah pihak ketiga yang berupaya secara otonom merawat kebebasan dan kemajemukan. Butuh konsistensi sikap yang kadang kala defisit dalam kehidupan kita. Tidak ada fasilitas untuk menghormati sisi kebebasan. Transaksi manusia dalam civil society itulah lahan yang paling mungkin menghasilkan demokrasi.

Rudolf Dethu dari Forum Muda Berbuat Bertanggung Jawab (MBB), organisasi kepemudaan prokebebasan, menyampaikan ide pendirian forum ini adalah sebagai orang Bali ia terbiasa dengan pluralisme dan kemerdekaan berpikir. Rudolf mengaku belajar berorganisasi dari  Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi. Bagaimana melawan kekuatan besar dengan potensi kecil yang kita punya. Kita tidak boleh didikte oleh negara. Kita harus terbiasa menyuarakan isi pikiran. “Mari kita terbiasa vokal, memberitahu orang bahwa kita juga kuat,” tutur Rudolf dalam Gema Bhinneka Merdeka pada 11 Agustus 2016.

Dalam acara tersebut 23 LSM dan forum pemuda berkumpul untuk mengatasi masalah intoleransi yang semakin meningkat dan mengancam eksistensi keberagaman dan inklusivitas yang merupakan bagian dari budaya Indonesia. Mereka menandatangani Deklarasi Aliansi Kebhinnekaan sebagai bentuk pemikiran bersama bahwa kemajemukan harus bisa diterima.  Di akhir acara band Marjinal dan Navicula menunjukkan  dukungan terhadap kebhinnekaan dengan tampil memeriahkan suasana.

Dalam pidato kebudayaannya, dosen Filsafat Universitas Indonesia Rocky Gerung menjelaskan, belakangan ini kita tidak melihat situasi berbudaya entah itu soal politik atau ekonomi. Seluruh wilayah itu tidak lagi diisi kebudayaan melainkan  kekuasaan. Dari awal kultur politik kita  permisif terhadap pelanggaran HAM dan  intoleransi. Kebebasan hendak diatur. Kebudayaan berisi  kebebasan, tidak ada kebudayaan tanpa dasar kebebasan.

Rocky menguraikan, di Kupang ada  tradisi seorang perempuan setelah  melahirkan dia harus harus  tidur di dapur, dekat perapian selama 40 hari. Tak hanya itu ia  tidak boleh makan daging. Hal tersebut  dianggap sebagai kearifan lokal yang  artinya berbudaya. Berbudaya artinya tidak boleh dikritik. Tidak boleh dikritik artinya harus dikonservasi. Jika kondisi tersebut dilihat dari kacamata feminis, adanya  persembunyian patriarki. “Bayi  perlu oksigen sementara ia harus hidup di dapur yang penuh  karbondioksida. Ibunya perlu protein,” kata Rocky.

Istri kehilangan kontrol terhadap suami yang  bisa menikmati seluruh fasilitas di ruang publik. Bukankah itu semacam ketidakberadaban? Toleransi yang berbahaya justru terhadap kebebasan manusia. Apa sebetulnya konten dari toleransi? Dengan cepat kita menjawab, Kristen toleran terhadap Muslim, Muslim toleran terhadap Buddha, hanya berputar di area itu. “Apakah lima agama itu toleran terhadap saya yang atheis?,” tutur Rocky.

Toleransi yang otentik  seharusnya ada antara orang beragama dan tidak beragama. Kebebasan itu paralel dengan critisism. Apa sebetulnya yang disebut identitas sehingga  harus dikonservasi? Dalam teori filsafat, orang Yunani mengatakan  identitas  hanya ada pada orang mati. Hanya mayat yang bisa diidentifikasi karena tidak mungkin ia berubah. Selama bumi belum kiamat artinya Tuhan masih mencipta,  tidak ada yang final dan diidentifikasi.

Hidup kita sebenarnya dikepung oleh dua jenis nilai yang menyesatkan, kedunguan dan arogansi penguasa. MBB dinilai Rocky bukan sekadar corrector atau stopper, melainkan pemutus kebodohan itu. Forum tersebut  berupaya memproduksi kebebasan dengan energi etis yang luar biasa. Mengambil inisiatif kecil mengenai defisit pluralism, toleransi, dan kebhinnekaan. Menguji apakah kita masih permisif terhadap situasi sosial hari ini. Mengalami secara otentik bagaimana menjadi manusia bebas. “Menjadi manusia bebas mulai dengan menutup kepedulian kepada mereka yang berupaya membatalkan demokrasi,” kata Rocky.

Ancaman Kebebasan

Sebagai warganegara dan pembuat kebijakan kita harus mendukung kebijakan yang evidence based. Para pembuat kebijakan mengatakan  alkohol menyebabkan  kerusakan di masyarakat. Buktikanlah dengan data. Berapa kira-kira korban akibat minuman beralkohol (minol) yang legal dan ilegal? Berapa data kecelakaan yang disebabkan minol? Masalahnya tidak ada data. Semata-mata klaim dari beberapa kelompok yang menganggap alkohol itu merusak.

WHO tahun 2014 mengungkapkan orang Indonesia hanya mengonsumsi minol 0,6 liter per kapita per tahun. Bandingkan dengan Malaysia yang mengonsumsi minol  lebih dari 1 liter per kapita per tahun. Cukup menakutkan saat mengetahui dari 0,6 liter tersebut sebanyak 0,5 liternya adalah konsumsi minol ilegal (unrecorded, minuman yang tidak resmi). Hampir setiap minggu jatuh korban akibat minuman oplosan. Itu masalah  real. Kalau pemerintah mau melindungi masyarakat, tangani  masalah  minuman oplosan.

Publik yang jumlahnya banyak merasa  punya otoritas untuk menentukan mana yang benar dan baik. Individu dianggap kertas kosong yang tidak ada artinya sama sekali. Ini adalah ancaman kebebasan yang serius. Masyarakat sangat mudah  menerima argumentasi semacam itu karena  komunitarian. Tantangannya adalah menghadirkan wawasan moral etik yang berbeda tanpa apologetic. Tidak mudah memang.

Argumentasi harus punya kekuatannya sendiri. Kekuatan argumen bisa dibangun dengan  berbicara langsung kepada publik melalui media sosial. Menyatakan kepada publik secara simpatik mengenai pentingnya rasionalitas. Moralitas otonom yang berdasarkan kebijakan individual itu penting sekali.

Kebebasan yang makin sempit,  makin terkekang. Ancaman kita sekarang adalah  sesuatu yang absurd atau tidak nyata dipakai untuk menakuti teman atau saudara. Kita harus mempopulerkan cinta kasih kepada sesama. Agama apapun mengajarkan cinta kasih. Acara ini adalah acara  yang tepat bagi kita untuk bicara tentang cinta dan kasih sayang

Terbanglah..terbang

Bebas

Seperti elang yang tajam menerawang

Saling berbagi rasa, bersama kawan usung kebebasan

Kebebasan demi satu perubahan

Bersama kawan kepakkan sayapmu

Tunjukkan bahwa kita mampu

Secara mekanik manusia diciptakan saling menghakimi

Generasi sekarang tidak tahu kearifan lokal, menjadi mekanik tidak organik

Hanya satu kata, lawan!

 

Menerima Perbedaan Membangun Kekuatan

Leave a comment