Atlet Indonesia, Mengukir Prestasi bagi Negeri

sumber FMB9ID_
Menteri Pemuda dan Olahraga  Imam Nahrawi bersama para atlet berprestasi Asian Games 2018. (sumber foto: twitter.com/FMB9ID_)

Lompatan luar biasa yang dicapai para atlet dalam Asian Games 2018 membuktikan Indonesia sebenarnya menyimpan potensi. Pencapaian gemilang para atlet merupakan buah dari komitmen yang kuat dari masyarakat untuk meningkatkan prestasi di bidang olah raga.

Pada 3 September 2018 Forum Merdeka Barat 9 menyelenggarakan diskusi dengan tema ‘Atlet Kita Prestasi Bangsa’. Diskusi tersebut menghadirkan Menteri Pemuda dan Olahraga  Imam Nahrawi, atlet lari gawang Emilia Nova, atlet panjat tebing Aries Susanti, Puji Lestari dan Aspar Jaelolo serta pelatih panjat tebing Hendra Basir.

Emilia bersyukur atas pencapaiannya meraih medali perak dalam nomor lari gawang 100 meter putri Asian Games 2018. Untuk pertama kalinya atletik bisa menyumbangkan medali perak di nomor tersebut. Semua itu  berkat dukungan dari orangtua, pelatih, dan Pengurus Besar (PB) Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI). Emilia berada dalam pembinaan PB PASI sejak tahun 2010. Banyak pengorbanan yang telah dilakukannya, diantaranya meningalkan keluarga dan cedera.

Menurut Emilia, atletik adalah salah satu cabang olah raga yang sulit meraih medali di skala Asia. Ia memuji atlet Korea, peraih medali emas yang memiliki performa bagus. Sebelum mengikuti Asian Games, Emilia mengaku kakinya sempat sakit. Oleh karena itu ia  butuh pemanasan yang banyak saat berlatih. Kalau pemanasan kurang bagus, sakitnya terasa. Berbeda halnya ketika bertanding, apapun yang terjadi di lapangan harus dihadapi. Selain sebagai atlet, Emilia berkuliah di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Selain itu ia memiliki usaha indekost. “Di PON 2016 saya dapat tiga emas. Bonusnya saya investasikan,” kata Emilia yang meraih medali perak pada SEA Games 2017.

Emilia bersyukur atas bonus PNS yang dijanjikan Imam. Kini ia lebih tenang dan termotivasi dalam berlatih. Dahulu ia sempat khawatir akan masa depannya karena belum memiliki pekerjaan tetap. “Semoga pembinaan pelatnas terus dilakukan dan try out yang banyak untuk persiapan olimpiade,” kata Emilia.

Pengorbanan juga dirasakan Puji yang harus berjauhan dengan suami yang berprofesi sebagai guru. Saat persiapan Asian Games 2018, lulusan Fakultas Ilmu Keolahragaan UNJ tersebut hanya bisa bertemu suami sebulan sekali. Itupun maksimal dua  hari saja. Puji merasa tertantang berlatih dengan atlet  muda yang bersemangat. Ia tidak mau kalah dan tetap fokus. Puji hanya  ingin mempersembahkan yang terbaik untuk Indonesia. Terlebih Asian Games diselenggarakan pada bulan Agustus yang identik dengan hari kemerdekaan. “Alhamdullilah satu emas dan satu perak untuk Indonesia saya persembahkan pada Asian Games 2018,” tutur Puji yang lahir di Jakarta, 15 Juni 1990.

Puji merasa bertenaga ekstra saat bertanding dalam Asian Games. Pasalnya dukungan penonton Indonesia yang luar biasa sungguh membangkitkan. Hal itu di luar ekspektasinya. “Momen-momen itu yang saya ingat. Perjuangan yang tidak instan,” kata Puji yang meraih peringkat 3 kejuaraan dunia kategori speed climbing, International Federation of Sport Climbing (IFSC) World Cup Chongqing, China 2018.

Puji memandang bonus PNS yang dijanjikan pemerintah membuat dirinya lebih fokus berlatih. Pasalnya dunia atlet itu tidak selamanya berada di atas, ada masanya. Tak hanya itu, bonus tersebut memotivasi para atlet untuk berprestasi. “Semoga support dan dukungan menpora tidak sampai di sini, bahkan lebih,” tutur Puji.

Aries mengenal panjat tebing saat duduk di kelas 2 SMP. Jauh sebelum itu ia telah mengetahui dunia atlet. Aries melihat, kompetisi panjat tebing  itu menantang dan seru. Ia berkomitmen  mempertahankan prestasinya saat ini. Baginya perjuangan itu bukan persoalan mendapatkan juara melainkan berusaha mempertahankannya.

Aries yang dijuluki spiderwoman Indonesia telah menggeluti panjat tebing selama 11 tahun. Proses itulah yang mengantarkannya  sampai ke Asian Games. Aries selalu menikmati proses berlatih. Pemecahan rekor menurutnya membutuhkan latihan bertahun-tahun. Aries merasa di pelatnas dirinya ditempa oleh pelatih agar bisa menghasilkan yang terbaik untuk Indonesia. “Bonus PNS untuk atlet berprestasi memotivasi kami terus berjuang untuk negeri,” kata Aries yang meraih medali perak Kejuaraan Dunia di Tai’an, China 2018.

Aries sempat menyerah, ingin melanjutkan kuliah di Universitas Muhammadiyah Semarang. Pasalnya pada PON 2016 ia tidak meraih medali. “Hingga saya menemukan partner yang menyemangati saya mengejar  pelatnas. Alhamdullilah, saya terus berlatih dan bersungguh-sungguh sampai bertemu pelatih yang menjadikan saya seperti ini. Bantuan untuk pelatnas sangat membantu para atlet untuk berprestasi ke depannya,” ujar Aries yang merupakan juara dunia kategori speed climbing, IFSC World Cup Chongqing, China 2018.

 

Dukungan Pemerintah

Aspar menilai baik pelatih yang bisa mengembangkan potensi para atlet. Atlet berprestasi dilihat dari kacamata pelatih. Aspar merasakan adanya perbedaan dalam pembinaan atlet pada pemerintahan sekarang dan sebelumnya. Hal itu terlihat pada dukungan alat yang diberikan pemerintah untuk bertanding di tingkat internasional. Selain itu adanya latihan jangka panjang yang lebih terarah. “Pelatnas menuju Olimpiade 2020 sebaiknya tidak kejar tayang,” tutur Aspar yang meraih medali perak dan perunggu pada Asian Games 2018.

Selain sebagai atlet, Aspar bekerja sebagai PNS di Kemenpora dengan jabatan fungsional pelatih. Ia memandang profesi tersebut membuat dirinya lebih tenang. “Bonus PNS memotivasi atlet muda akan masa depan atlet yang lebih baik,” kata Aspar yang lahir di Wani, 24 Januari 1988.

Hendra memaparkan, keberhasilan cabang olah raga panjat tebing yang menyumbangkan tiga emas, dua perak, dan satu perunggu tidak datang begitu saja. Artinya ada sistem yang berjalan dengan baik. Sistem tersebut tidak mungkin berjalan tanpa dukungan dari pemerintah. Sebelumnya para atlet harus menunggu beberapa bulan untuk mendapatkan peralatan atau sepatu panjat. Itupun hanya satu atau dua sepatu. Hendra mengusulkan setiap atlet harus mendapat tujuh sepatu. Pasalnya sepatu yang kurang layak tidak bisa digunakan saat bertanding dengan kontur papan yang memiliki presisi. Dukungan lainnya adalah try out menuju kejuaraan dunia dan training camp selama satu bulan di Rusia. “Dukungan pemerintah sangat berpengaruh besar pada prestasi atlet. Terima kasih kepada pemerintah,” kata Hendra yang merupakan pelatih para juara dunia speed world record.

Ditanya mengenai bonus untuk para atlet peraih medali emas, perak, dan perunggu, Imam menjelaskan, bonus tersebut 100% berasal dari APBN dan tidak dipotong pajak. Ia menduga pihak swasta memberikan bonus langsung ke masing-masing atlet atau pelatih. Mengapa bonus itu cepat diberikan? Sebab Kemenpora bekerja sama dengan Kementerian Keuangan dan perbankan. Setelah menonton pertandingan, Imam harus menandatangi sertifikat sampai mencocokkan nama agar tidak terjadi kesalahan di buku tabungan masing-masing atlet. Setelah serah terima bonus dengan presiden, Imam kembali mencocokkan janji presiden dengan nomimal yang tertera di buku tabungan. “Atlet yang tidak menang tetap diberikan insentif. Semula Rp 10 juta lalu dinaikkan menjadi Rp 20 juta per atlet. Saya merangkul dan menepuk punggung mereka yang belum berprestasi. Saya bisikkan, masih ada hari esok dimana kamu bisa mengukir sejarah, jangan berkecil hati,” ujar Imam.

Pemerintah akan memaksimalkan anggaran untuk pembibitan, pertandingan, dan peningkatan mutu pelatih. Diharapkan rencana tersebut berjalan efektif guna menghadapi pertandingan di level internasional. “Tahun 2017 ada 300 atlet yang kami angkat menjadi PNS karena berprestasi di SEA Games. Atlet Para Games yang meraih medali juga akan diangkat menjadi PNS,” ujar Imam.

Di mata Imam, Asian Games telah meyatukan perbedaan dan menumbuhkan kehangatan sebagai bangsa yang berbeda-beda. Asian Games telah menggerakkan hati orangtua, keluarga, guru, dan anak untuk menjadikan olah raga sebagai pilihan ke depan dan sesuatu yang dicita-citakan. Asian Games telah meninggikan harkat dan martabat bangsa. Asian Games menjadikan Indonesia percaya diri menjadi tuan rumah multievent dan single event karena memiliki venue dan volunteer terbaik di dunia, panitia pelaksana, serta wartawan yang telah memfigurkan idola-idola baru. “Kita tentu lebih optimis menyongsong masa depan. Selamat berjuang untuk semuanya. Terima kasih telah mensupport kita,” ujar Imam.

Atlet Indonesia, Mengukir Prestasi bagi Negeri